Ibu kota ini telah lama menentang persewaan liburan di platform seperti AirBnB – kini larangan tersebut dilonggarkan untuk perorangan.

Di blok Berlin-Mitte ini, warga kerap mengeluhkan pesta yang diadakan tamu AirBnB

Putar balik perselisihan antara AirBnB dan pemerintah negara bagian Berlin: mulai Mei 2018, penyewaan komersial atas apartemen milik sendiri kini diperbolehkan. Katrin Lompscher, senator untuk pembangunan perkotaan (Die Linke), mengajukan rancangan undang-undang terkait pada hari Rabu. Konsekuensinya, berbagi rumah harus diperbolehkan maksimal 60 hari per tahun. Sebelumnya, larangan penyalahgunaan yang melarang warga Berlin menyewakan apartemen mereka kepada wisatawan tanpa izin hampir tidak pernah diberikan.

Senat Berlin menyetujui undang-undang baru tersebut pada hari Selasa. Detail pertama bocor dua bulan lalu. Seperti yang dilaporkan Gründerszene saat itu, peraturan tersebut harus dikaitkan dengan syarat bahwa tuan tanah mendaftar ke distrik, menerima nomor di sana, dan memasangkannya dalam iklan di agen digital.

Negara bagian Berlin sebelumnya berselisih selama setahun dengan platform apartemen liburan AirBnB. Alexander Schwarz, direktur pelaksana perusahaan di Jerman, menyambut baik peraturan baru tersebut. “60 hari adalah langkah ke arah yang benar bagi semua orang yang berbagi rumah di Berlin,” kata Schwarz kepada Gründerszene. “Kami akan mengkaji rancangan undang-undang baru dan maknanya bagi tuan rumah dan tamu serta terus bekerja sama dengan pengambil keputusan politik di Berlin untuk mengembangkan kondisi kerangka kerja yang mencerminkan perubahan cara hidup masyarakat di abad ke-21,” kata perusahaan itu. . satu kasus, di mana Pengadilan Administratif Berlin memutuskan mendukung penyewaan untuk jangka waktu hingga 182 hari per tahun. Di Hamburg misalnya, angka tersebut justru merupakan batas atas.

Pada tahun 2014, Berlin memperkenalkan undang-undang penggelapan. Senat, yang saat itu masih dipimpin oleh SPD dan CDU, ingin melawan penyewaan apartemen swasta untuk wisatawan. Argumennya adalah bahwa ruang hidup yang berharga akan diambil dari warga Berlin agar tersedia bagi wisatawan demi keuntungan. Namun, sejak awal terdapat penolakan yang kuat terhadap undang-undang tersebut. AirBnB sendiri merespons pembatasan tersebut dengan kampanye poster besar-besaran. Selain itu, hingga saat ini perusahaan berhasil menolak menyerahkan data pengguna kepada pihak berwajib agar mereka dapat menuntut segala pelanggaran hukum.

Beberapa distrik di Berlin, seperti Mitte, bahkan telah mempekerjakan karyawan tambahan untuk melacak sewa ilegal. Namun, banyak penyedia terus mengiklankan apartemen mereka. Menurut AirBnB, lebih dari 600.000 wisatawan memesan akomodasi di Berlin melalui platform ini pada tahun 2016. Sampai saat ini, larangan tersebut sangat kontroversial, bahkan di kalangan pengacara.

Foto: Sean Gallup/Getty Images

akun demo slot