Para peneliti di King’s College London mensurvei lebih dari 2.000 orang di Inggris untuk menyelidiki seberapa besar kemungkinan orang mempercayai teori konspirasi virus corona.
Dalam studi tersebut, mereka menemukan bahwa orang-orang yang sebagian besar mendapatkan berita dari media sosial lebih cenderung percaya pada teori konspirasi dan lebih cenderung mengabaikan peraturan lockdown.
Menurut peneliti, banyak informasi palsu yang beredar, terutama di platform video YouTube.
Pemirsa YouTube secara signifikan lebih percaya pada teori konspirasi tentang virus corona dibandingkan orang lain yang juga mendapatkan berita melalui media sosial.
Itu padam laporan baru dari para peneliti di King’s College Londonyang membahas risiko kesehatan masyarakat yang ditimbulkan oleh teori konspirasi mengenai pandemi ini.
Studi peer-review ini dipublikasikan di jurnal Kedokteran Psikologi diterbitkan dan mensurvei lebih dari 2.000 orang berusia 16 hingga 70 tahun di Inggris pada akhir Mei.
Dia bertanya kepada peserta apakah menurut mereka sejumlah teori konspirasi itu benar atau salah, termasuk:
- Tidak ada bukti keberadaan COVID-19.
- Virus corona terkait dengan 5G.
- Pihak berwenang sengaja menyembunyikan atau membesar-besarkan jumlah orang yang meninggal akibat virus corona.
Studi ini menemukan bahwa orang-orang yang mendapatkan berita terutama melalui media sosial lebih cenderung percaya pada teori konspirasi dan mengabaikan aturan.
“YouTube memiliki hubungan paling kuat dengan keyakinan konspirasi, diikuti oleh Facebook,” kata penulis penelitian.
Dari mereka yang disurvei dan meyakini adanya hubungan antara COVID-19 dan 5G, 60 persen mengatakan mereka mendapatkan sebagian besar informasi dari YouTube.
Studi ini juga menemukan bahwa orang-orang yang menentang kebijakan lockdown dan karantina lebih cenderung beralih ke media sosial untuk mencari berita.
Responden yang menyatakan tidak mematuhi aturan jaga jarak juga memperoleh informasinya terutama melalui YouTube dan Facebook.
Meskipun orang-orang yang mendapatkan berita dari media sosial lebih rentan terhadap teori konspirasi, menurut penelitian tersebut, mayoritas responden mengatakan bahwa mereka mendapatkan sebagian besar berita dari sumber-sumber tradisional.
Ancaman fisik yang ditimbulkan oleh para penganut teori konspirasi di Inggris telah terlihat dalam serangkaian serangan pembakaran terhadap menara telepon seluler. Mereka yakin masker 5G adalah penyebab penyakit virus corona.
Artikel ini diterjemahkan dari bahasa Inggris dan diadaptasi oleh Dilara Acik. Anda dapat menemukan yang asli Di Sini.