Gambar Getty 168700651
Getty.

Jerman semakin sering menyerang. Fokus perselisihan perburuhan di negeri ini semakin bergeser dari sektor manufaktur ke sektor jasa. Pihak ketiga – seperti penumpang pesawat udara, nasabah bank dan ritel, serta penerima surat atau parsel – semakin terkena dampak pemogokan.

Menurut Institute for German Economics (IW) yang terkait dengan pemberi kerja, jumlah perselisihan industrial di sektor-sektor yang diwakili oleh serikat pekerja Verdi telah meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir. Verdi merespons hilangnya anggota, menurunnya perundingan bersama, dan persaingan serikat pekerja “dengan kebijakan perundingan bersama yang diperluas,” menurut studi IW, yang tersedia di kantor pers Jerman.

Namun, alasan utama dari banyaknya penghentian kerja, yang tidak disebutkan oleh para peneliti di Cologne, adalah bahwa upah pekerja biasa di sektor jasa seringkali jauh lebih rendah dibandingkan, misalnya, di industri Jerman. Misalnya, ada pemogokan jangka panjang di Amazon. Dari sudut pandang serikat pekerja, upah di toko online terlalu rendah.

Namun pemogokan juga bukan hal yang jarang terjadi di negara ini di luar sektor jasa. Antara tahun 2008 dan 2014, jumlah perselisihan industrial per tahun meningkat menjadi rata-rata 151, menurut lembaga terkait pemberi kerja. Antara tahun 2004 dan 2007 hanya terjadi 70 pemogokan. Tahun 2012 merupakan tahun dengan perselisihan industrial terbanyak.

IW sudah pada bulan Juni tahun lalu sampai pada kesimpulan bahwa rata-rata di seluruh sektor di Jerman semakin banyak pemogokan yang terjadi. Selain tahun 2012, tahun 2015 juga banyak terjadi hari mogok kerja. Dalam kurun waktu 2006 hingga 2015, rata-rata tujuh hari kerja per 1.000 pekerja per tahun hilang akibat mogok kerja. Pada tahun 2014, statistik IW untuk periode 2005 hingga 2014 menunjukkan rata-rata hanya empat hari mogok kerja per 1.000 karyawan per tahun.

Dibandingkan dengan negara-negara yang tergabung dalam organisasi negara industri OECD, warga Jerman masih jarang melakukan aksi mogok. Yang mengejutkan, Denmark berada pada posisi teratas pada tahun 2015, dengan rata-rata 120 hari kerja hilang per 1.000 karyawan. Dan di Perancis jumlahnya hampir sama, 117.

ke/dpa

lagu togel