- Kebakaran di kawasan Amazon menimbulkan awan karbon monoksida yang dapat menyebar dengan cepat.
- Citra satelit dari NASA menunjukkan konsentrasi gas beracun yang sudah ada di atmosfer.
- Karbon monoksida merupakan gas yang tidak terlihat dan tidak berbau bagi manusia serta dapat berdampak negatif terhadap kualitas udara dan iklim.
- Anda dapat menemukan lebih banyak artikel dari Business Insider di sini.
Api yang menyala-nyala dan kepulan asap raksasa – inilah gambaran yang terjadi di seluruh dunia saat ini. Kebakaran dahsyat terus berkobar di kawasan Amazon, menyebabkan guncangan global. Namun kebakaran yang terjadi baru-baru ini juga menimbulkan bahaya yang tidak terlihat dan tersembunyi: karbon monoksida.
Satelit penelitian Aqua milik NASA mengumpulkan data yang menunjukkan bagaimana awan karbon monoksida menyebar. Para ilmuwan berasumsi bahwa kebakaran di wilayah Amazon bertanggung jawab atas terciptanya gas beracun.
Karbon monoksida merupakan polutan udara
Peta yang dibuat berdasarkan data yang dikumpulkan NASA ini menunjukkan tingkat polutan di ketinggian 5.500 meter antara tanggal 8 hingga 22 Agustus 2019. Konsentrasi karbon monoksida ditampilkan dalam warna hijau pada rasio pencampuran volume (ppbv) sekitar 100 bagian per miliar pada volume, dan warna kuning sekitar 120 ppbv dan merah sekitar 160 ppbv.
Karbon monoksida adalah gas yang tidak berbau dan tidak berwarna, sehingga sama sekali tidak terlihat oleh manusia. Hal ini terjadi ketika sesuatu yang terbuat dari karbon – seperti tumbuhan atau bahan bakar fosil – dibakar dengan pasokan udara atau oksigen yang tidak mencukupi. Hal ini paling sering dikaitkan dengan pembakar gas di ruangan pengap, tetapi juga dapat terjadi akibat kebakaran hutan.
Karbon monoksida yang terhirup, terutama di ruang kecil dan tertutup, dapat masuk ke aliran darah dan bergabung dengan pembawa oksigen dalam sel darah merah, hemoglobin. Dalam hal ini, hemoglobin dalam darah tidak mampu lagi mengangkut oksigen. Terakhir, kekurangan oksigen dapat menyebabkan sel dan jaringan tubuh rusak dan mati. Gas ini tidak terlalu berbahaya di luar ruangan karena tingkat karbon monoksida yang sangat tinggi cenderung tidak ada. Namun demikian, hal ini dianggap sebagai polutan udara berbahaya yang mempengaruhi kualitas udara. Tingkat atmosfer yang tinggi khususnya menjadi masalah bagi orang-orang dengan jenis penyakit jantung tertentu.
Karbon monoksida berdampak pada kualitas udara dan perubahan iklim
Karbon monoksida juga dapat mempercepat perubahan iklim. Meski tidak secara resmi dianggap sebagai gas rumah kaca, namun gas di atmosfer dapat mempengaruhi gas rumah kaca seperti metana dan karbon dioksida yang secara tidak langsung menjadi salah satu faktor terjadinya perubahan iklim.
Baca juga: Citra satelit yang meresahkan menunjukkan kebakaran di Amazon dari luar angkasa
“Karbon monoksida, polutan yang menempuh jarak jauh, dapat bertahan di atmosfer selama sekitar satu bulan,” tulis NASA dalam salah satu laporannya. Penyataan. Pada ketinggian yang dipetakan dalam citra satelit NASA, gas tersebut berdampak kecil terhadap udara yang kita hirup, namun angin kencang dapat membawanya ke daerah yang lebih rendah, sehingga dapat berdampak signifikan terhadap kualitas udara. “Karbon monoksida berperan dalam polusi udara dan perubahan iklim,” kata NASA.