Donald Trump memerintahkan lebih banyak serangan pesawat tak berawak dibandingkan pendahulunya Barack Obama.
Mohammed Hamoud, Getty Images

Tidak mengherankan jika presiden AS suka mengandalkan drone tempur dalam perang melawan teror. Pesawat modern tidak memerlukan pilot di kokpit untuk lepas landas. Mereka dikendalikan oleh orang-orang di pusat komando jarak jauh. Jika drone jatuh, tidak ada nyawa prajurit yang terancam. Ketika mencapai targetnya, pesawat ini akan melepaskan muatan mematikannya dengan kemampuan yang sama andalnya dengan pesawat pengebom konvensional.

Barack Obama telah menjadikan serangan pesawat tak berawak sebagai bagian penting dari perang melawan teror. Dengan cepat menjadi jelas bahwa pesawat tersebut memang memakan korban jiwa. Dan terkadang lebih dari yang diharapkan. Ada musuh yang seharusnya dibunuh dan sering dibunuh. Namun ada juga warga sipil, orang-orang yang tidak terlibat, yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS. Menurut perkiraan organisasi hak asasi manusia, jumlah mereka mungkin sangat tinggi. Seberapa tinggi? Itu sebabnya pemerintah AS merahasiakannya. Hingga tekanannya menjadi terlalu besar.

Pemerintahan Trump menyebut laporan tersebut “berlebihan”

Pada tahun 2016, Obama menandatangani perintah eksekutif. Sejak itu, kepala dinas rahasia AS harus melaporkan setiap tahun berapa banyak korban sipil akibat operasi AS di zona yang tidak dianggap sebagai zona tempur. Ini termasuk sebagian Yaman, Somalia dan Pakistan. Penerus Obama, Donald Trump, kini telah mengambil kembali kebijakan tersebut melalui dekrit. Hal ini akan memungkinkan AS untuk secara diam-diam membunuh warga sipil di seluruh dunia. Namun, pemerintah akan terus melaporkan jumlah korban di “daerah konflik aktif” seperti Irak dan Suriah, katanya.

Pemerintah AS berpendapat bahwa bagian yang relevan dari keputusan tersebut menjadi tidak diperlukan. Kongres AS kini secara hukum mewajibkan Departemen Pertahanan untuk menyerahkan laporan tahunan terpisah dan lebih lengkap mengenai korban sipil akibat aktivitas militer. Namun, ini belum termasuk serangan drone yang dilakukan oleh badan intelijen luar negeri AS, CIA.

Laporan sebelumnya menunjukkan bahwa antara tahun 2009 dan 2016, sebanyak 117 warga sipil tewas akibat operasi AS di zona yang tidak dinyatakan sebagai zona tempur. Angka untuk tahun 2017 dan 2018 tidak tersedia. Organisasi hak asasi manusia percaya bahwa angka-angka yang dipublikasikan tidak menunjukkan gambaran keseluruhan. Mereka mencurigai lebih banyak korban lagi.

Hingga 1.725 warga sipil tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS

Hina Shamsi dari American Civil Liberties Union mengatakan keputusan Trump “sepenuhnya salah dan berbahaya bagi akuntabilitas publik,” lapor Associated Press. Ketua Komite Intelijen Adam Schiff, seorang Demokrat, juga mengkritik Gedung Putih. “Tidak ada pembenaran” untuk tindakan ini, katanya Saluran berita Inggris BBC.

LIHAT JUGA: Jurnalis AS yang ditahan di Iran selama 544 hari memperingatkan: ‘Kebijakan luar negeri Trump salah’

Menurut perkiraan dari lembaga think tank Inggris Biro Jurnalisme Investigasi Sebanyak antara 769 dan 1.725 warga sipil telah tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS sejak tahun 2004. 253 hingga 397 orang yang terbunuh adalah anak-anak.

BI AS/ab

Angka Sdy