Setahun setelah pemungutan suara Brexit, peringatan mengenai dampaknya terhadap perekonomian Inggris kembali meningkat. Lembaga pemeringkat Amerika Standard & Poor’s (S&P) memperkirakan akan terjadi kemunduran signifikan bagi perekonomian Inggris pada hari Selasa karena ketidakpastian seputar keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Pada saat yang sama, bank sentral Inggris kembali mengeluarkan peringatan mengenai dampak Brexit. Pernyataan tersebut berdampak nyata pada pound Inggris di sore hari.
S&P memperkirakan output ekonomi Inggris hanya akan tumbuh sebesar 1,4 persen pada tahun ini. Pada tahun mendatang, pertumbuhan kemungkinan hanya sebesar 0,9 persen, seperti yang ditunjukkan oleh analisis. Tahun lalu perekonomian Inggris tumbuh sebesar 1,8 persen.
Para ahli S&P juga mengatakan bahwa perkiraan tersebut masih optimis. “Kami memperkirakan penurunan upah riil tahun ini, diikuti oleh kenaikan moderat pada tahun depan, akan mengurangi pertumbuhan belanja konsumen.” Pemungutan suara Brexit sangat membebani pound Inggris dan menyebabkan inflasi yang relatif tinggi.
S&P juga melihat negosiasi Brexit bermasalah. Ketidakpastian mengenai hasil perundingan menghambat investasi. Jika kesepakatan tertunda, situasinya bisa menjadi lebih buruk, lembaga pemeringkat memperingatkan.
Karena prospek pertumbuhan yang lemah, para ahli S&P memperkirakan bank sentral Inggris akan terus membuka kebijakan moneternya. Dalam jangka menengah, kebijakan moneter di Inggris diperkirakan akan tetap longgar, menurut analisis tersebut. Akibatnya, tidak akan ada kenaikan suku bunga utama sebelum pertengahan tahun 2019, yang dapat digunakan oleh para bankir bank sentral untuk melawan kenaikan inflasi.
Bagaimanapun, otoritas moneter pada umumnya tidak berdaya dalam melawan pelemahan ekonomi. “Entah Bank of England menaikkan suku bunganya atau tidak, dampaknya terhadap pertumbuhan akan sangat buruk, karena kenaikan suku bunga dan inflasi yang merajalela akan melemahkan perekonomian,” demikian kesimpulan ekonom S&P.
Bank sentral Inggris juga telah beberapa kali memperingatkan mengenai dampak Brexit. Memotong perdagangan dengan UE akan merugikan kerajaan tersebut, kata wakil gubernur bank sentral, Ben Broadbent, dalam pidatonya di Aberdeen pada hari Selasa. Keluarnya Uni Eropa juga akan berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi di UE, namun dampak Brexit bagi negara-negara UE mungkin akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan Inggris.
dpa