Menunjukkan perasaan negatif seringkali tidak diterima di masyarakat.
Sekalipun ungkapan duka segera setelah kematian, misalnya, biasanya ditanggapi dengan pengertian, dunia luar diharapkan akan segera “menyatukannya”.
Kita terlalu cepat mengecam orang-orang yang tidak menekan perasaan negatifnya, namun malah menyatakan bahwa mereka mempunyai karakter yang buruk.
Di tengah kondisi masyarakat yang serba kinerja, setiap orang diharapkan untuk selalu termotivasi, optimis, dan penuh energi – karena emosi negatif sulit untuk diselaraskan dengan kehidupan sehari-hari.
Psikolog yang dipimpin oleh Gloria Luong dari Berlin Max Planck Institute for Human Development ketahuanbahwa mereka sangat penting. Perasaan yang dianggap buruk, seperti kesedihan, menjadi kunci kepuasan.
Kunci kebahagiaan adalah mengenali makna perasaan negatif
Para ilmuwan memeriksa 365 subjek berusia antara 14 dan 88 tahun dari Jerman. Selama tiga minggu, para peserta penelitian mengisi kuesioner yang dapat diakses secara elektronik melalui ponsel pintar mereka – hal ini penting untuk percobaan ini karena subjek ditanyai enam kali sehari tentang suasana hati dan kesejahteraan mereka saat ini.
Hal yang penting dalam survei ini adalah apakah para peserta melihat makna dalam emosi negatif – misalnya, rasa takut melindungi Anda dari situasi berbahaya, rasa jijik mencegah Anda makan makanan basi, dan kesedihan adalah bagian dasar dari ucapan selamat tinggal. Jika hal ini terjadi, keluhan fisik dan psikologis yang dialami subjek secara umum lebih sedikit.
Baca Juga: “Ahli Saraf: Anda Bisa Melakukan 4 Hal Ini Untuk Meningkatkan Mood Anda Secara Instan”
Penelitian tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa orang-orang yang menemukan makna dalam emosi negatif tidak hanya menderita lebih sedikit dari emosi tersebut – mereka bahkan menerimanya sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Hal ini pada akhirnya menghasilkan kepuasan umum yang jauh lebih tinggi dibandingkan subjek yang mencoba menahan diri dan menekan perasaan negatif.