Setiap kali kita bernapas, kita menghirup apa yang disebut aerosol. Seringkali partikel-partikel di udara ini tidak berbahaya, misalnya ketika muncul dalam bentuk debu atau kabut dalam konsentrasi rendah. Namun, gas buang seperti jelaga atau asap minyak, partikel nano yang diproduksi secara industri, atau asap dari kebakaran hutan dapat menimbulkan risiko kesehatan.
Pusat Antariksa Penerbangan Goddard NASA mengukur bagaimana aerosol ini didistribusikan di Bumi. Satelit yang mengukur pantulan dan penyerapan berbagai panjang gelombang cahaya di atmosfer dapat mendeteksi partikel padat dan cair yang mengambang di atmosfer kita. Bisa berupa debu, abu vulkanik, asap kebakaran hutan, gas buang, atau garam laut.
Peristiwa alam terlihat jelas pada citra satelit
//twitter.com/mims/statuses/1033116827461804035?ref_src=twsrc%5Etfw
Jika Anda pernah melihat asap mengepul dari kebakaran hutan atau debu yang tertiup angin, Anda pasti pernah melihat aerosol. Visualisasi ini menggunakan @NASAEarth data satelit untuk menunjukkan pemandangan luas dari tumpukan partikel yang menari dan berputar-putar di atmosfer https://t.co/kSeB1jWjmP pic.twitter.com/I9BKFPik01
Pada citra satelit tanggal 23 Agustus, warna mewakili tiga jenis utama aerosol. Merah/kuning adalah aerosol berwarna hitam, misalnya dari kebakaran hutan atau kebakaran lainnya. Ungu menandakan debu, biru menandakan kabut garam laut.
Yang sangat mengesankan adalah betapa jelasnya peristiwa alam seperti kebakaran hutan di Amerika Utara dan Afrika Selatan atau siklon tropis Lane di Amerika dan Soulik serta Cimaron di Asia terlihat dalam gambar. Berton-ton debu dari Sahara beterbangan ke benua Afrika.
Penggunaan lahan mempengaruhi kualitas udara
Pengumpulan dan analisis data aerosol selama bertahun-tahun mengungkapkan tren nyata tentang pengaruh penggunaan lahan terhadap kualitas udara. Menurut NASA, biasanya terdapat tingkat aerosol yang tinggi di Amerika Selatan antara bulan Juli dan September, karena sebagian besar kawasan hutan dibakar dan dibuka untuk penanaman biji-bijian.
Dari bulan Mei hingga Agustus, badai pasir lebih sering terjadi di Semenanjung Arab, membawa partikel debu ke atmosfer. Diperkirakan sekitar 90 persennya berasal dari sumber alam seperti badai. Namun, perlu diingat juga bahwa sepuluh persen aerosol berasal dari manusia, misalnya melalui gas buang atau kebakaran akibat ulah manusia.