Setelah dugaan serangan senjata kimia di daerah kantong pemberontak Suriah di Duma dekat Damaskus, AS juga tetap membuka opsi serangan militer terhadap Suriah. “Saya tidak mengesampingkan apa pun saat ini,” kata Menteri Pertahanan Jim Mattis pada hari Senin di Washington ketika ditanya tentang kemungkinan serangan udara terhadap sasaran-sasaran Suriah. Presiden AS Donald Trump mengancam akan membalas serangan di Douma pada hari Minggu. “Akan ada harga tinggi yang harus dibayar” atas serangan senjata kimia tersebut, katanya.
Sebelumnya pada hari yang sama, Rusia dan Suriah menuduh Israel menyerang pangkalan militer Suriah. Dua jet tempur F-15 menembakkan rudal ke pangkalan itu dari wilayah udara Lebanon, kantor berita Interfax melaporkan pada hari Senin, mengutip Kementerian Pertahanan Rusia. Televisi pemerintah Suriah juga menyalahkan Israel atas serangan itu. Awalnya dilaporkan bahwa serangan itu kemungkinan besar dilakukan oleh AS. Presiden AS Donald Trump mengancam akan melakukan pembalasan pada hari Minggu setelah organisasi bantuan mengatakan 49 orang tewas dalam dugaan serangan gas beracun di desa Douma di wilayah Ghouta Timur.
Lapangan terbang Suriah diserang
Menurut Interfax, jet Israel menembakkan total delapan rudal ke pangkalan T-4 dekat Homs. Lima proyektil ditembak jatuh oleh pertahanan rudal Suriah. Kantor berita Suriah, Sana, mengutip sumber-sumber militer, melaporkan serangan itu adalah “agresi Israel”. Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berafiliasi dengan oposisi, sedikitnya 14 orang tewas. Juru bicara militer Israel mengatakan dia tidak bisa mengomentari informasi tersebut.
Israel telah berulang kali menyerang posisi tentara di Suriah. Sasarannya sering kali adalah konvoi dan pangkalan milisi dukungan Iran yang memerangi pemberontak di pihak Assad. Menurut informasi Israel, Iran menggunakan pangkalan T-4 untuk memasok senjata kepada milisi Syiah Hizbullah. Menurut para ahli, kontingen militer Rusia dalam jumlah besar juga ditempatkan di bandara tersebut. Akibatnya, jet tempur kerap lepas landas dari sana untuk menyerang daerah pemberontak.