Beberapa orang dapat dengan tepat digambarkan sebagai visioner. Mereka jauh lebih maju dari zamannya dan memiliki ide-ide yang mungkin terdengar gila bagi orang-orang sezamannya, namun cepat atau lambat akan menghasilkan penemuan-penemuan yang inovatif. Ilmuwan Rusia Konstantin Tsiolkovsky, yang hidup dari tahun 1857 hingga 1935, juga pantas mendapatkan gelar visioner.
Saat ini ia dianggap sebagai pionir perjalanan luar angkasa. Bahkan pada saat itu, di awal abad ke-20, ia membuat pernyataan tentang teknologi dan masyarakat, yang beberapa di antaranya masih berlaku hingga saat ini, seperti yang ditulis oleh peneliti luar angkasa Alice Gorman dalam sebuah artikel untuk “Percakapan” menulis.
Untuk mengungkapkan pemikirannya, Tsiolkovsky menulis dongeng fiksi tentang kehidupan masa depan di luar angkasa. Untuk membuat roket, sebagai bagian dari ceritanya, ia membentuk tim impian unik yang terdiri dari para ilmuwan hebat paling terkenal pada masanya. Selain Galileo Galilei dan Isaac Newton, Ziolkowski sendiri juga menjadi anggotanya.
Ide-ide fiksi terkadang berubah menjadi prediksi yang benar
Eksperimen pemikiran ini sendiri tidak diragukan lagi merupakan pencapaian fiksi yang luar biasa. Namun, yang paling menakjubkan adalah banyak detail yang dijelaskan dalam cerita tersebut kini persis seperti itu. Ziolkowski antara lain melaporkan bahwa astronot pertama mengalami perubahan kesadaran kognitif saat mereka melakukan perjalanan di luar angkasa. Faktanya, apa yang disebut efek ikhtisar telah dikenal sejak tahun 1960-an, yang mengakibatkan para penjelajah ruang angkasa selalu dibuat kewalahan oleh penampilan Bumi yang rapuh dan ukurannya yang “halus”.
Dia juga dengan tepat memperkirakan efek gravitasi: tokoh protagonis dalam cerita hampir tidak perlu melakukan upaya apa pun untuk memindahkan benda berat dari A ke B.
Ziolkowski juga berasumsi bahwa orang-orang akan menggunakan teknologi secara kolektif dan gratis – sebuah asumsi yang saat ini dianggap sebagai utopia, namun sebenarnya relatif terhadap konsep blockchain, yang berada di balik mata uang kripto seperti Bitcoin, hampir saja terjadi.
Kesetaraan antar manusia pada akhirnya hanyalah sebuah utopia
Tentu saja, Tsiolkowski tidak bisa berada di mana-mana. Namun, pemikirannya yang salah di beberapa bidang tentu membuat Anda berpikir. Dalam fabelnya, misalnya, masyarakat hidup di dunia yang tidak memiliki kewarganegaraan dan bebas konflik. Oleh karena itu, batas negara tidak ada artinya bagi mereka dan sengketa wilayah sudah tidak berlaku lagi.
Ia juga memperkirakan bahwa orang-orang akan dapat melakukan perjalanan luar angkasa tanpa memandang pendapatan dan status sosialnya. Tampaknya saat ini tidak berada dalam jangkauannya.