diberi makan
Chip Somodevilla/Getty Images

Federal Reserve AS akan menaikkan suku bunga untuk kedua kalinya sejak krisis keuangan global. Investor dan analis sangat memperkirakan Federal Reserve akan menaikkan suku bunga utamanya sebesar 0,25 poin persentase pada hari Rabu ini (14 Desember). Suku bunga Fed Funds, sebutan suku bunga utama di AS, kemudian akan berada pada kisaran 0,5 hingga 0,75 persen. Tingkat suku bunga ini masih rendah, namun setidaknya setengah poin persentase lebih tinggi dibandingkan tingkat suku bunga nol de facto yang diberlakukan The Fed pada krisis keuangan tahun 2008.

The Fed mengambil langkah pertamanya untuk meninggalkan garis nol hampir setahun yang lalu. Desember lalu, ia menaikkan suku bunga acuannya untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan, yang berpuncak pada runtuhnya bank investasi Lehman Brothers. Pada saat kenaikan suku bunga pertama kali dilakukan, sepertinya The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak empat kali pada tahun ini.

Namun tidak ada hasilnya: pertama gejolak pasar saham global pada awal tahun menghalangi The Fed, kemudian lemahnya pertumbuhan global dan diikuti dengan keputusan Brexit Inggris. Terakhir, bank sentral menahan diri menjelang pemilihan presiden AS.

Janet Yellen, kepala bank sentral, menjelaskan bahwa tanda-tandanya sekarang menunjukkan kenaikan suku bunga lagi. Pada bulan November, Yellen mengatakan kepada anggota parlemen bahwa kenaikan suku bunga lainnya akan dilakukan “dalam waktu dekat.” Apa yang terdengar kurang konkrit dalam bahasa konvensional adalah pernyataan yang jelas dalam bahasa yang seringkali samar-samar digunakan oleh para bankir sentral. Yellen punya banyak alasan untuk mengambil risiko kenaikan suku bunga kedua: perekonomian AS sebagian besar berjalan lancar, pasar tenaga kerja sibuk dan inflasi perlahan meningkat. Bursa saham juga melihat hal yang sama dan tentunya mengharapkan kenaikan. Atau dalam bahasa pasar: pergerakan suku bunga “dihargai”.

Oleh karena itu, dari sudut pandang para ahli, akan lebih menarik untuk melihat arah apa yang akan diambil The Fed di tahun mendatang. Di sinilah masa depan Presiden AS Donald Trump berperan: Selama kampanye pemilu, Trump mengumumkan pemotongan pajak besar-besaran dan belanja pemerintah yang lebih tinggi untuk infrastruktur yang sebagian sedang mengalami gangguan. “Percepatan kebijakan fiskal yang kuat akan meningkatkan tekanan inflasi,” jelas Bernd Weidensteiner, pakar Amerika di Commerzbank. Jika inflasi kembali terjadi, bank sentral mungkin terpaksa mengetatkan kebijakan moneternya jauh lebih cepat dari perkiraan saat ini. The Fed sendiri saat ini memperkirakan dua kali kenaikan suku bunga di tahun mendatang.

(dpa)

Keluaran HK Hari Ini