Dua tahun lalu, para peneliti membuat penemuan spektakuler yang membenarkan prediksi Albert Einstein. Dia mendalilkan lebih dari 100 tahun yang lalu bahwa gravitasi, bertentangan dengan teori Newton, menyebar di ruang angkasa melalui apa yang disebut gelombang gravitasi.
Gelombang gravitasi ini dipancarkan oleh benda-benda masif, seperti lubang hitam, ketika saling bertabrakan. Tiga peneliti yang terlibat dalam pengukuran gelombang gravitasi pertama kali pada tahun 2015 kini telah menerima Hadiah Nobel Fisika. Gelombang ini dipicu 1,3 miliar tahun lalu ketika dua lubang hitam mengorbit satu sama lain dan bergabung.
Diperlukan alat ukur yang sangat presisi
Keberadaan gelombang seperti itu tidak kontroversial dalam fisika, namun berkat dua observatorium gelombang gravitasi interferometer laser (disingkat LIGO) di AS dan kerja keras ribuan karyawan selama puluhan tahun dalam kolaborasi penelitian LIGO-Virgo, mereka sekarang diukur secara langsung beberapa kali.
Observatorium tersebut terdiri dari dua terowongan besar sepanjang satu kilometer, tepatnya terowongan lurus yang dilalui sinar laser. Sinar laser ini mengukur panjang lengan. Ketika gelombang gravitasi menghantam Bumi, panjang lengannya sedikit berubah. Berbeda dengan manusia, laser mampu mendeteksi perubahan panjang yang minimal ini, sehingga gelombang gravitasi dapat diukur.
Einstein benar
Hasil pengukuran tersebut akan membentuk astrofisika di abad ke-21 dan sejalan dengan prediksi teori relativitas umum Albert Einstein. Menariknya, Einstein sendiri percaya bahwa gelombang gravitasi tidak dapat diukur karena dianggapnya terlalu lemah. Pada titik ini, dalang fisika dibantah oleh para peneliti jaringan penelitian LIGO.
Bagi yang berminat, sinyalnya kini juga tersedia dalam bentuk file audio untuk mendengarkan di internet. Dengarkan sendiri seperti apa rasanya ketika dua lubang hitam, yang massanya berkali-kali lipat massa Matahari kita, bergabung satu sama lain dan mengirimkan gelombang gravitasi ke luar angkasa: