Protes terus berlanjut setelah sengketa pemilihan presiden di Belarus.
Semakin banyak orang yang mengambil bagian dalam protes damai, termasuk banyak karyawan perusahaan milik negara.
Lambat laun diketahui bahwa pasukan keamanan menganiaya pengunjuk rasa yang ditahan secara brutal.
Belarus memiliki dua wajah saat ini. Ada gambar dari Minsk di mana perempuan berpakaian putih mendekati tentara, memeluk mereka dan memberi mereka bunga. Adegan tersebut difilmkan oleh orang-orang dan dikirim ke seluruh dunia melalui layanan pesan. Mereka sering dibagikan di jejaring sosial seperti Twitter.
Namun sisi lain juga muncul di sana. Pukulan dan tendangan terhadap pengunjuk rasa, penangkapan yang tampaknya sewenang-wenang. Apa yang terjadi pada orang-orang di penjara perlahan-lahan mulai terungkap. Rekaman menunjukkan orang-orang yang mengalami pelecehan parah dengan tanda-tanda pelecehan yang parah. Tak satu pun dari rekaman ini yang dapat diverifikasi secara pasti, namun rekaman-rekaman tersebut mampu membuktikan kebenarannya.
Bahkan enam hari setelah pemilihan presiden yang kontroversial, negara ini masih belum tenang. Pihak oposisi ingin turun ke jalan lagi akhir pekan ini melawan kekerasan dan kesewenang-wenangan di bawah pemerintahan Presiden Alexander Lukashenko. Penantangnya, Svetlana Tichanowskaja, pada hari Jumat menyerukan aksi massa baru yang damai dari pengasingannya di negara Uni Eropa, Lituania. “Mari kita pertahankan suara kita bersama-sama,” katanya melalui pesan video. Banyak orang juga marah atas penindasan brutal polisi terhadap pengunjuk rasa damai. Maka Uni Eropa mulai memberikan sanksi terhadap pendukung Lukashenko.
Sementara itu, tampaknya semakin banyak orang yang mendukung protes tersebut. Ada laporan bahwa karyawan di sejumlah perusahaan milik negara juga mendukung para pengunjuk rasa.
Lukashenko dinobatkan sebagai pemenang pemilu hari Minggu untuk keenam kalinya berturut-turut. Namun ada keraguan besar mengenai hal ini. Sebagian besar penduduk menganggap Tichanowskaja sebagai pemenang sesungguhnya. Pendukung mereka mengharapkan kemenangan sebesar 60 hingga 70 persen dan menyerukan pemilu baru. Banyak orang di negara antara Rusia dan Polandia menginginkan Lukashenko mengundurkan diri.
Namun Lukashenko masih memiliki aparat keamanan di sisinya. Malam itu, ia kembali menyalahkan negara asing sebagai dalang aksi protes tersebut. Dia hanya menyebut nama politisi oposisi Rusia Alexei Navalny, yang secara teratur melaporkan peristiwa di negara tetangga itu di situs webnya. Pria berusia 65 tahun itu mengaku orang-orangnya pernah datang ke Belarus.
Pemerintah federal sejak itu mengutuk kekerasan tersebut. Juru bicara pemerintah Steffen Seibert mengatakan Kanselir Angela Merkel (CDU) mendukung mereka yang melakukan protes secara damai.
pokoknya/dpa