Bank Sentral Eropa tidak hanya memborong obligasi pemerintah dalam skala besar. Obligasi korporasi juga masuk dalam daftar bank sentral. Baik bagi perusahaan, buruk bagi perusahaan asuransi dan dana pensiun.
Di zona euro, banyak perusahaan yang harus berterima kasih kepada Presiden ECB Mario Draghi. Sejak bulan Juni, Bank Sentral Eropa (ECB) telah membeli obligasi dari perusahaan-perusahaan yang berbasis di zona euro untuk melawan lesunya perekonomian dan rendahnya inflasi. Otoritas moneter kini untuk pertama kalinya menerbitkan daftar nama perusahaan yang masuk dalam daftar pembelian. Dan bunyinya seperti siapa dari perusahaan-perusahaan besar Jerman. Dari Allianz hingga Siemens dan pemasok energi RWE dan Eon hingga produsen mobil Daimler, Volkswagen dan BMW, semuanya dengan pangkat dan nama disertakan.
Kritikus mencurigai adanya distorsi pasar
Hasil dari pembelian tersebut: ECB memastikan permintaan yang kuat dan, sebagai imbalannya, imbal hasil obligasi korporasi yang semakin rendah. Saat ini sangat murah bagi perusahaan untuk mengumpulkan dana segar melalui obligasi. Namun, apa yang membuat perusahaan senang justru menarik kritik yang mengecam distorsi pasar.
“Di ECB ada pembeli signifikan yang menyerap obligasi dalam jumlah besar di pasar,” kata pakar Fraser Lundie dari Hermes Investment Management. Bahkan selama periode ketidakpastian di pasar keuangan setelah pemungutan suara Brexit di Inggris, obligasi korporasi sangat populer di kalangan investor.
Karena tingginya permintaan, rata-rata imbal hasil obligasi korporasi dengan peringkat teratas dari lembaga pemeringkat baru-baru ini mencapai rekor terendah sekitar 0,5 persen, menurut pakar Dwight Bolden dari Bankhaus Metzler. Berdasarkan hal ini, sekitar seperlima sekuritas di pasar bahkan diperdagangkan dengan imbal hasil negatif. Artinya, investor terkadang menerima semacam biaya, bukan tingkat bunga biasa. Dan penurunan imbal hasil belum terlihat akan berakhir, kata Bolden.
Bank sentral Jepang juga merangsang permintaan
Pendekatan ECB bukanlah hal baru. Bank sentral mengikuti jejak bank sentral Jepang, yang juga meningkatkan permintaan dengan membeli obligasi korporasi. Dan ECB juga sudah lama memiliki sekuritas korporasi di neracanya. Sekitar dua tahun lalu, bank sentral mulai membeli Pfandbriefe dari bank. Sekuritas ini dijamin dengan hipotek dan dianggap relatif tidak berbahaya. Situasi perdagangan Pfandbriefe juga menjadi lebih serius setelah ECB muncul sebagai pembeli.
Perusahaan-perusahaan di seluruh dunia mendapatkan keuntungan dari rekor imbal hasil obligasi yang rendah. Sebaliknya, perusahaan asuransi dan dana pensiun berada di bawah tekanan yang semakin besar akibat kebijakan pembelian ECB. Kini, ketika obligasi pemerintah hampir tidak memberikan imbal hasil dan banyak obligasi yang diperdagangkan dengan imbal hasil negatif, imbal hasil obligasi korporasi dengan peringkat kredit yang relatif baik dari lembaga pemeringkat kini mengalami penurunan. Hasilnya: Dalam asuransi jiwa, misalnya, semakin sulit untuk menghasilkan tingkat bunga minimum yang dijamin secara hukum.
Banyak investor yang bertanya pada diri sendiri: Apakah layak mengambil risiko untuk membeli obligasi korporasi dengan imbal hasil kurang dari satu persen? Sekalipun surat berharga tersebut mempunyai peringkat yang relatif baik dari lembaga pemeringkat, risiko kerugian jika terjadi kebangkrutan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi pemerintah.
Apakah ECB menghancurkan pasar?
Semakin banyak tindakan yang diambil ECB, semakin keras pula kritik yang akan diberikan. Salah satu tuduhannya adalah bank sentral semakin melakukan penetrasi ke pasar yang sebenarnya tidak ada bisnisnya. Fakta bahwa bank sentral hanya boleh membeli obligasi dari perusahaan-perusahaan yang memiliki peringkat kredit mahal dari lembaga pemeringkat terkemuka merupakan tanggung jawab perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan kecil juga mendapat manfaat tidak langsung dari suku bunga yang umumnya lebih rendah. Namun demikian, meningkatnya distorsi di pasar dikritik.
Dengan pembelian obligasi korporasi oleh ECB, “pasar berikutnya akan hancur,” kata David Kohl, kepala ekonom Jerman di bank Swiss Julius Baer, misalnya. Salah satu kritikus paling keras adalah kepala ekonom Deutsche Bank, David Folkerts-Landau, yang mengutuk pembelian obligasi korporasi oleh ECB sebagai “tindakan putus asa”.
dpa