Reed Hastings adalah multi-miliarder dan salah satu pendiri layanan streaming terbesar di dunia.

Perusahaannya Netflix menjangkau lebih dari 193 juta orang di 190 negara.

Jalan menuju sukses baginya adalah jalan dua arah dan termasuk pelatihan di Korps Marinir dan tugas sebagai guru di Afrika.

Reed Hastings adalah seorang miliarder Amerika, pengusaha dan juga kliennya sendiri. Layanan streaming yang ia dirikan, Netflix, memikat lebih dari 193 juta orang di 190 negara di seluruh dunia selama berjam-jam di depan televisi. Platform ini tidak hanya mengubah perilaku media kita, namun juga cara film diproduksi.

Pohon Netflix

Untuk memahami kisah Hastings, Anda juga perlu memahami kesuksesan Netflix. Pada pergantian milenium, perusahaan ini memiliki sekitar 300.000 pelanggan. Pada tahun 2005, jumlah ini meningkat menjadi 4,2 juta. Di tengah-tengahnya, Netflix hampir dijual ke mantan raksasa rental video AS, Blockbuster, ketika gelembung dot-com meledak. Namun perusahaan Hastings ingin tetap independen dan mulai berekspansi ke luar Amerika Serikat pada tahun 2010. Layanan streaming telah tersedia hampir di mana-mana sejak 2016. Pada April 2020, kapitalisasi pasar Netflix mencapai hampir $200 miliar.

Kehidupan Antara Marinir dan Korps Perdamaian

Namun, biografi Hastings terlihat agak berbeda dibandingkan biografi banyak miliarder teknologi Silicon Valley lainnya. Alih-alih mengutak-atik teknologi terkini di sebuah garasi di California, ia malah mengajar matematika di sebuah sekolah menengah di negara bagian Swaziland, Afrika Selatan.

Pengusaha ini lahir pada tahun 1960 dari keluarga kaya. Ibunya adalah seorang pengacara sukses dan ayahnya bekerja di Departemen Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan AS. Dia bersekolah di sekolah terkemuka dan bergabung dengan Korps Marinir setelah lulus. Namun, Hastings meninggalkan pelatihan tersebut lebih awal dan malah pergi ke Peace Corps di Afrika dan mengajar matematika di sebuah sekolah di Swaziland selama dua tahun.

Kali ini di Afrika memberikan dampak yang besar baginya, seperti yang dia katakan dalam wawancara: “Setelah Anda melakukan perjalanan keliling Afrika dengan 10 dolar di saku Anda, rasanya tidak mustahil lagi untuk memulai bisnis.” Setelah kembali ke Amerika Serikat, ia kuliah di Universitas Stanford dan menyelesaikan gelar master di bidang ilmu komputer pada tahun 1988.

Menuju ke Lembah Silikon

Memulai kehidupan profesional Anda tidaklah mudah. Sebagai permulaan, Hastings mendapat pekerjaan di Adaptive Technology, tempat ia mengembangkan alat debugging perangkat lunak. Setelah tiga tahun yang singkat, dia memutuskan ingin menempuh jalannya sendiri dan mendirikan perusahaan pertamanya: Pure Software. Di sana dia dan timnya mengembangkan produk untuk pemecahan masalah perangkat lunak. Perusahaan ini berkembang pesat dan dikenal khalayak yang lebih luas empat tahun setelah didirikan. Pada tahun 1996, perusahaan ini bergabung dengan Atria Software dan berganti nama menjadi Pure Atria. Masa depan cerah terbentang di depan, tetapi segalanya berubah pada tahun 1997 setelah Pure Atria diakuisisi oleh perusahaan analisis perangkat lunak Rational Software. Investor bersikap dingin. Nilai perusahaan anjlok hingga 42 persen dalam waktu yang sangat singkat. Hastings meninggalkan perusahaannya sendiri beberapa bulan kemudian.

Inovasi dan pandangan ke depan

Saat berada di Pure Atria, Hastings bertemu pengusaha Marc Randolph. Bersama-sama pada tahun 1997, keduanya mendirikan layanan streaming masa depan: Netflix. Namun, streaming belum menjadi pilihan pada saat itu. Meski demikian, perusahaan tersebut dinilai sangat inovatif. Puncaknya: Netflix menawarkan persewaan film dan serial dengan tarif tetap melalui surat. Sebuah pendekatan baru yang seharusnya membuahkan hasil. Pada akhir tahun 90an, perusahaan-perusahaan yang sudah lama berdiri mendominasi pasar. Transformasi dari VHS ke DVD baru telah menjadi tugas besar bagi banyak orang. Sementara itu, Netflix telah menawarkan situs web di mana pelanggan dapat menyewa film mereka dan mengirimkannya ke rumah mereka.

Peralihan terakhir ke bisnis online terjadi pada tahun 2007. Saat ini, Netflix juga menawarkan film untuk streaming. Hastings kemudian mengaku sangat terinspirasi oleh platform video YouTube yang semakin populer saat itu. Netflix menyadari kerusakkan zaman dan mampu membuat namanya terkenal melalui produksi in-house berkualitas tinggi seperti House of Cards.

Pengusaha secara pribadi

Hastings pun memanfaatkan pengaruhnya sebagai pengusaha sukses di hadapan publik. Dia telah lama memperjuangkan reformasi pendidikan di Amerika Serikat dan menganjurkan digitalisasi pendidikan. Menurutnya, komputer harus menjadi bagian integral di sekolah agar anak-anak belajar menggunakannya sejak dini.

Yang paling penting baginya secara pribadi adalah keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Setiap tahun dia mencoba menghabiskan setidaknya enam minggu berlibur untuk melepaskan diri dari pekerjaan sehari-hari dan mengisi ulang tenaganya. Hastings juga seorang penyayang binatang yang hebat. Dia tinggal di Santa Cruz bersama istrinya Patty Quillin, dua anak, lima ayam, empat anjing dan dua kambing kerdil Nigeria. Jika dia memiliki waktu luang di sela-sela waktu tersebut, dia lebih suka menghabiskannya dengan menonton serial dan film, seperti yang dia akui dalam sebuah wawancara dengan pembawa acara talk show Stephen Colbert. Di mana? Tentu saja di Netflix.

Tren apa yang dilihat Reed Hastings di masa depan? Dia mengungkapkannya di festival Business Insider Trends dan Anda dapat merasakannya langsung di sana.

Artikel ini diedit dan diterjemahkan dari bahasa Inggris oleh Klemens Handke.

SGP hari Ini