Angkatan Udara AS telah dua kali minggu ini mengirim pesawat pengebom berat jarak jauh B-52H Stratofortress ke wilayah udara di Laut Cina Selatan. Dengan melakukan hal ini, militer AS bisa saja mengirimkan sinyal kepada Tiongkok, yang secara bertahap berupaya memperluas kekuatannya di wilayah tersebut.
Sebuah pembom B-52 yang ditugaskan ke Skuadron Bom ke-96 melakukan latihan di Laut Cina Selatan dan Samudera Hindia pada hari Minggu, Divisi Urusan Masyarakat Angkatan Udara Pasifik (PACAF) mengatakan kepada Business Insider US pada hari Rabu. Dua hari kemudian, pesawat pengebom B-52 lainnya melakukan latihan di Laut Cina Selatan.
Militer AS ingin terus terbang di wilayah tersebut
“Kehadiran pembom Komando Indo-Pasifik Amerika Serikat yang berkelanjutan telah dilakukan sejak Maret 2004,” kata PACAF kepada Business Insider US, seraya menambahkan bahwa misi terbaru ini “konsisten dengan hukum internasional dan kebebasan navigasi Amerika Serikat yang sudah lama ada.”
“Militer AS akan terus terbang di wilayah tersebut dan beroperasi di mana pun hukum internasional mengizinkan, pada waktu dan tempat yang kami pilih,” kata juru bicara Pentagon dan Letkol. Dave Eastburn mengatakan kepada Business Insider pada hari Selasa.
Pemerintah di Beijing belum mengomentari secara terbuka mengenai latihan pembom tersebut. Menteri Pertahanan James Mattis menekankan pada hari Rabu bahwa jika Tiongkok mempunyai masalah dengan penerbangan ini, maka hal itu disebabkan oleh aktivitasnya di wilayah yang disengketakan. “Jika itu terjadi 20 tahun yang lalu, maka itu hanyalah sebuah pembom lain yang menuju ke Diego Garcia atau ke tempat lain,” jelas Mattis. “Tidak ada yang aneh dengan hal itu.”
Hubungan antara AS dan Tiongkok semakin buruk
Bulan lalu, AS mengirim B-52 melintasi Laut Cina Timur dan Selatan sebanyak empat kali. AS juga mengirimkan B-52 ke Laut Cina Selatan pada bulan April dan Juni, sehingga mendorong Kementerian Luar Negeri Tiongkok menuduh AS melakukan “penembakan” di wilayah tersebut. Penerbangan terbaru ini dilakukan pada saat meningkatnya ketegangan antara Washington dan Beijing.
AS dan Tiongkok tidak hanya berada dalam konflik dagang yang semakin meningkat dan memburuk, yang telah mengakibatkan tarif senilai miliaran dolar. Ketegangan tersebut juga menyebabkan hubungan militer kedua negara memburuk.
Pekan lalu, AS menyetujui pembelian sistem persenjataan Rusia oleh militer Tiongkok, yaitu jet tempur canggih Su-35 dan sistem rudal permukaan-ke-udara S-400. Tiongkok kemudian membatalkan pertemuan antara Wakil Laksamana Shen Jinlong dan timpalannya dari Amerika John John Richardson. Beijing juga menolak permintaan Angkatan Laut AS untuk berlabuh di pelabuhan Hong Kong bagi kapal serbu amfibi USS Wasp.
Para ahli menduga akan membutuhkan waktu lama untuk memulihkan hubungan militer antar negara.