Manajer Deliveroo menuduh layanan pengiriman memiliki kondisi kerja yang buruk.
stok foto

Kontrak kerja konvensional sudah ketinggalan jaman – semakin banyak orang yang memiliki jam kerja fleksibel, bekerja berdasarkan panggilan atau dalam jangka waktu tetap. Uber, Foodora, dan rekan-rekannya telah mendorong perkembangan ini – ini adalah contoh bagus dari pengaruh digitalisasi di masyarakat.

Kini para ahli memperingatkan: Sistem sosial yang ada tidak memberikan perlindungan yang memadai bagi orang-orang yang jam kerjanya sering berfluktuasi.

Jam kerja yang fleksibel menciptakan dunia kerja baru yang memiliki kelemahan

Jam kerja fleksibel dan kontrak jangka tetap – praktik ini merupakan hal yang normal di banyak sektor perekonomian, terutama di industri katering. Hubungan kerja seperti yang terjadi di Foodora, Deliveroo, atau Uber sering kali tidak memiliki banyak kesamaan dengan kontrak kerja konvensional.

Batas antara wirausaha dan pekerjaan menjadi semakin kabur.

Seringkali yang menjadi korban adalah para pekerjanya sendiri. Meskipun perusahaan merasa mudah untuk memberikan pesanan dalam jumlah kecil kepada sebanyak mungkin pekerja lepas independen dalam jangka waktu singkat dan tetap mendapatkan keuntungan, banyak pekerja fleksibel yang tidak bekerja dalam jumlah jam kerja yang cukup.

Dalam makalah OECD yang tidak diterbitkan, “Dunia” organisasi ini menyerukan kepada para anggotanya untuk menyesuaikan sistem sosial nasional mereka dengan dunia kerja yang baru. Siapa pun yang berada dalam salah satu hubungan kerja baru tidak boleh dirugikan oleh paket penyelamatan sosial (yaitu mekanisme perlindungan sosial seperti jaminan sosial).

Ini bukanlah fenomena baru – beberapa negara OECD telah meresponsnya

Hubungan kerja baru ini “bukanlah fenomena marginal,” tulis para pakar OECD. “Pegawai tidak tetap seringkali mengalami kesulitan untuk memenuhi periode asuransi minimum yang diperlukan dalam jaminan sosial dan pekerja mandiri seringkali hanya dilindungi oleh sistem jaminan sosial yang sangat dasar.”

Menurut Welt, topik “gaji” adalah topik sentral makalah ini – banyak kontrak kerja hanya menjamin jumlah jam kerja minimum. Siapa pun yang mengandalkan jam kerja tambahan sering kali harus menerima kompromi pribadi di akhir bulan – kehilangan jaminan pendapatan selama 40 jam seminggu.

“Salah satu cara untuk mencapai keseimbangan adalah dengan memberikan upah yang lebih tinggi untuk penugasan yang fleksibel,” tulis para pakar OECD. Australia memberikan contoh yang baik dalam hal ini. Pekerja yang fleksibel dapat diberhentikan dalam waktu singkat; liburan dan hari sakit tidak dibayar. Namun upah per jam pekerja yang terkena dampak lebih tinggi 25 persen dibandingkan pekerja tetap.

Sistem serupa juga terjadi di Belanda. Masih harus dilihat kapan negara-negara OECD lainnya akan merespons kondisi baru di dunia kerja.

Pengeluaran Hongkong