Persaingan untuk kursi kepresidenan di Perancis sangat ketat. Marine Le Pen dan Emmanuel Macron telah bersaing ketat selama berhari-hari. Kini, menurut laporan media, bencana politik telah terjadi: tim kampanye calon presiden Prancis Macron telah diretas.
Informasi rahasia orang dalam telah dicuri, seperti yang dilaporkan “Spiegel Online”, mengutip kantor berita Reuters.
Tindakan masif dan terkoordinasi
Jajak pendapat menunjukkan Macron mengungguli saingannya yang kritis terhadap Uni Eropa, Marine Le Pen, namun kesenjangannya masih bisa mengecil. Pemilu ini dipandang sebagai petunjuk bagi masa depan Eropa. Le Pen ingin meninggalkan UE dan, mengikuti contoh Inggris, mengadakan referendum mengenai apakah akan tetap berada di UE.
Macron, sebaliknya, dipandang sebagai pendukung Eropa dan menganjurkan kerja sama yang erat dengan Jerman.
Belum diketahui bagaimana data tersebut diretas. Satu-satunya hal yang pasti adalah para peretas menyerang email, faktur, kontrak, dan dokumen rahasia lainnya, yang kemudian didistribusikan di jejaring sosial.
Oleh karena itu, besar kemungkinan Macron akan difitnah sebagai sasaran kampanye, karena selain dokumen tersebut, juga diterbitkan dokumen palsu yang bertujuan untuk menimbulkan keraguan. Disinformasi sebagai alat politik telah dikenal setidaknya sejak pemilu presiden AS tahun 2016 dan kini juga dapat mempengaruhi hasil pemilu presiden Perancis.
Media dikatakan diperintahkan untuk tidak mempublikasikan dokumen apa pun yang mengancam tuntutan pidana.
Gerakan En Marche (EM) yang dipimpin Macron memandang serangan itu sebagai upaya yang disengaja untuk mengganggu stabilitas pemilu.
Satu jam sebelum kampanye pemilu resmi berakhir
Dokumen internal tersebut diterbitkan hanya satu jam sebelum kampanye pemilu di Prancis berakhir secara resmi. Iklan partai telah dilarang oleh hukum sejak tengah malam.
Belum jelas apakah publikasi data tersebut dapat membahayakan Macron. Bagaimanapun, penyelenggara OB ingin menyerahkan dokumen pendanaan kampanye pemilu kepada Komisi Nasional Rekening Kampanye.
Serangan hacker bukanlah yang pertama dari jenisnya
Arondisemen ke-15 Paris telah menjadi sasaran serangan elektronik berkelanjutan di masa lalu, menurut Richard Ferrand, Sekretaris Jenderal EM.