Kim Jong Un
Reuters/KCNA

Ketika Presiden AS Donald Trump menerima tawaran untuk bertemu dengan diktator Korea Utara Kim Jong Un tanpa berkonsultasi dengan Departemen Luar Negeri, ia menjadikan Kim Jong Un sebagai pemimpin yang lebih kuat di Asia. Langkah ini pada akhirnya bisa menimbulkan malapetaka bagi Amerika Serikat di Pasifik.

Sejak itu, Tiongkok meningkatkan hubungannya dengan Kim Jong Un dan mengundangnya ke pertemuan puncak dengan Presiden Xi Jinping. Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengonfirmasi pada hari Kamis bahwa ia akan bertemu dengan diktator Korea Utara di zona demiliterisasi pada 27 April. Kini para pemimpin Jepang dan Rusia juga ingin duduk bersama Kim.

Upaya diplomatik Kim, yang dimulai pada Olimpiade Musim Dingin di Korea Selatan, dilakukan setelah satu tahun uji coba rudal. Pada bulan November, Pyongyang mengumumkan penyelesaian program rudal antarbenua dan mengisyaratkan bahwa mereka memiliki rudal yang dapat menargetkan Amerika Serikat.

Dengan latar belakang ini, rencana kunjungan Kim ke negara-negara besar di Pasifik tidak tampak seperti dorongan untuk meminta sanksi, melainkan lebih seperti penobatan kekuatan regional baru.

Kata ajaib Korea Utara

Kim Jong Un bisa mendapatkan pengakuan internasional dengan satu kata sederhana: perlucutan senjata. Korea Utara selalu mengulangi kata-kata tersebut dalam setiap pertemuan baru.

AS selalu mempertahankan denuklirisasi sebagai prasyarat perundingan dengan Korea Utara. Namun kata ini dapat ditafsirkan secara berbeda di kedua sisi Pasifik, sehingga menjadikannya sebagai penghalang yang sewenang-wenang.

Perlucutan senjata mungkin dilakukan oleh Korea Utara jika AS mengakhiri “kebijakan permusuhannya” terhadap Korea Utara. Hal ini termasuk sanksi, latihan militer dan penempatan pasukan AS di perbatasan dengan Korea Selatan. Ketiga kegiatan tersebut legal dan didukung oleh Korea Selatan. Program rudal nuklir dan balistik Kim Jong Un tidak demikian.

Jepang dan Tiongkok harus merespons hubungan AS-Korea Utara

Tidak jelas apakah AS dapat menerima persyaratan yang diberlakukan oleh Korea Utara, tetapi Kim Jong Un telah mencapai keberhasilan diplomatik. Dengan mengucapkan kata ajaib tersebut, Kim melewati ambang batas percakapan Trump, dan Trump menerimanya. Karena Trump menerima perundingan tersebut, Tiongkok—yang mungkin takut dikesampingkan—memulai perundingan mereka sendiri.

Karena Jepang khawatir bahwa AS hanya akan melakukan negosiasi mengenai rudal jarak jauh Korea Utara dan bahwa Jepang masih rentan terhadap rudal jarak pendek, Jepang kini juga ingin mengadakan pembicaraan. Dengan cara ini, Kim hanya menjanjikan sedikit namun memperoleh banyak keuntungan. Korea Utara memiliki produk domestik bruto yang lebih kecil dibandingkan Malta. Militernya, yang tidak memiliki senjata nuklir, sudah ketinggalan zaman dan kelas dua. Namun dengan senjata nuklir di sakunya, Kim kini membuat dunia bergantung pada setiap perkataannya.

Data HK