- Huawei ingin menjual paten 5G-nya kepada perusahaan Barat untuk memenuhi kekhawatiran pemerintah AS terhadap keamanan.
- AS telah meminta negara-negara sekutunya untuk menolak peralatan 5G Huawei dengan alasan keamanan nasional. Pemerintah AS berpendapat bahwa Huawei dapat digunakan sebagai saluran spionase negara Tiongkok. Huawei menolaknya.
- CEO Huawei Ren Zhengfei mengatakan kepada The Economist bahwa penjualan paten 5G satu kali dapat menciptakan pesaing yang kuat secara ekonomi.
- Namun, Ren juga mengatakan bahwa dia masih “belum tahu” siapa yang bisa memanfaatkan tawaran tersebut.
- Anda dapat menemukan lebih banyak artikel dari Business Insider di sini.
Huawei ingin menggunakan metode yang tidak biasa untuk mencoba mengatasi blokade pemerintah AS. Perusahaan menawarkan untuk menjual hak atas semua paten 5G dalam penawaran satu kali.
CEO Huawei Ren Zhengfei mengatakan kepada The Economist bahwa perusahaannya menawarkan untuk menggabungkan paten, lisensi, kode, dan desain teknis 5G ke dalam satu paket besar.
Ide di baliknya: Huawei ingin menciptakan pesaing bagi dirinya sendiri. “Keseimbangan kepentingan akan kondusif bagi kelangsungan hidup Huawei,” kata Ren kepada penulis Economist, Hal Hodson.
Namun Ren juga mengatakan dia masih “belum tahu” siapa yang mungkin tertarik membelinya, dan dia belum mempertimbangkan berapa nilai paket 5G Huawei. Hodson melaporkan bahwa jumlahnya bisa mencapai miliaran dolar, mengingat banyaknya uang yang dikeluarkan Huawei untuk penelitian.
Namun mengapa Huawei menciptakan pesaing utama bagi dirinya sendiri? Langkah ini dimaksudkan untuk mengatasi kekhawatiran di negara-negara Barat mengenai dominasi Huawei di bidang 5G – khususnya kekhawatiran keamanan nasional pemerintahan Trump, yang percaya bahwa Huawei bertindak sebagai proxy bagi pemerintah Tiongkok. Huawei membantahnya.
Baca juga: Rencana Huawei untuk menggantikan Android pasti akan gagal, kata pakar perangkat lunak
Daftar hitam Amerika menempatkan Huawei di bawah tekanan
Pemerintahan Trump baru-baru ini menyarankan sekutu-sekutunya untuk menolak peralatan Huawei – atau membahayakan hubungan mereka dengan AS. Pada saat yang sama, AS telah melumpuhkan Huawei dengan menambahkannya ke “daftar hitam perdagangan”. Huawei menerima dua lisensi 90 hari untuk memberi waktu kepada perusahaan-perusahaan AS untuk menarik diri dari perusahaan tersebut.
Ancaman terbesar dari “daftar hitam” tersebut adalah Huawei akan dilarang dari Google. Ponsel pintar Huawei semuanya menjalankan sistem operasi Android Google dan hadir dengan beragam aplikasi Google – termasuk Google Play Store, yang memungkinkan pengguna mengunduh aplikasi populer lainnya seperti Instagram dan Whatsapp.
Meskipun Huawei telah mengembangkan sistem operasinya sendiri sebagai Plan B, ponsel pintar Huawei akan berada pada posisi yang sangat dirugikan jika memisahkannya dari aplikasi terpopuler di dunia.
Masih belum jelas apakah strategi Ren akan meyakinkan AS, apakah Tiongkok akan menyetujui penjualan tersebut, atau apakah Huawei akan menemukan pembeli.