Seperti yang dilaporkan Wall Street JournalPresiden AS Donald Trump sedang mempertimbangkan untuk membeli Greenland, pulau terbesar di dunia.
Journal tersebut mengutip orang-orang yang dikenalnya yang mengklaim bahwa Trump telah “berulang kali menyatakan minatnya” – terkadang lebih serius, terkadang kurang serius – dan telah berdiskusi dengan para penasihatnya tentang cara melakukan pembelian. Pat Cipollone, penasihat Gedung Putih, saat ini bertanggung jawab atas masalah ini.
Greenland, wilayah otonom Kerajaan Denmark, terletak di antara Atlantik Utara dan Samudra Arktik dan berpenduduk sekitar 56.000 jiwa. Pemerintah bertanggung jawab atas urusan dalam negeri, sedangkan Denmark menangani kebijakan luar negeri.
Baca juga: Trump bisa saja mengulangi kesalahan Amerika yang telah terjadi selama 46 tahun di Afghanistan
Greenland adalah lokasi geopolitik bagi AS
Tapi apa yang Trump inginkan dari Greenland? Arktik memainkan peran yang semakin besar dalam diskusi keamanan nasional AS, dan Greenland berada di lokasi geopolitik yang penting. Pulau ini juga menjadi pusat diskusi mengenai perubahan iklim. Ada juga sumber daya mineral yang sangat besar seperti minyak, uranium, dan tanah jarang.
Beberapa penasihat dikabarkan antusias dengan gagasan Trump, karena Greenland merupakan lokasi pangkalan militer AS paling utara (Thule Air Base). Yang lain dikatakan mencemooh gagasan itu, menurut Wall Street Journal.
Saat dihubungi Business Insider, belum ada pernyataan resmi dari Gedung Putih maupun Departemen Luar Negeri AS. Permintaan kepada pemerintah Denmark dari Wall Street Journal juga tidak dijawab.
Trump merencanakan kunjungan presiden pertamanya ke Denmark pada bulan September, namun perjalanan tersebut “tidak ada hubungannya dengan pembelian Greenland.”
Trump bukanlah presiden pertama yang menginginkan Greenland
Ini bukan pertama kalinya AS membeli wilayah dari negara lain. Pada tahun 1867, Rusia membeli Alaska dari Rusia.
Trump juga bukan presiden pertama yang menyatakan minatnya untuk membeli Greenland. Pada tahun 1946, tak lama setelah berakhirnya Perang Dunia II, Presiden AS saat itu Harry Truman menawarkan emas senilai $100 juta kepada Denmark untuk Greenland, namun Skandinavia menolak menjualnya. Pada saat itu, Truman, para pemimpin militer AS, dan anggota Kongres memandang Greenland sebagai lokasi geopolitik yang penting dan “kebutuhan militer”.