Hassan Spiritual Spiritual Iran
Sefa Karacan, Anadolu Agency, Getty Images

Presiden Iran Hassan Rouhani telah mengumumkan bahwa negaranya ingin kembali memperkaya uranium “tanpa batas”. Artinya: Iran tidak lagi mematuhi perjanjian tahun 2015 yang menetapkan batas maksimum pengayaan uranium sebesar 3,67 persen.

Ini akan menjadi pelanggaran kedua yang dilakukan Iran setelah melebihi jumlah yang diizinkan yaitu 300 kilogram uranium yang diperkaya rendah pada awal pekan ini. Setelah pengumuman tersebut, kepala negara Prancis Emmanuel Macron melakukan percakapan telepon dengan Presiden Iran Rouhani, lapor kantor berita AFP. Macron menyatakan keprihatinannya yang mendalam dan memperingatkan Rouhani tentang “risiko melemahnya perjanjian nuklir internasional”.

Macron: Perilaku Iran mempunyai konsekuensi

Macron juga menekankan bahwa tindakan Iran ini tentu akan mempunyai konsekuensi bagi negaranya. Menurut AFP, kantor kepresidenan Prancis tidak menjelaskan lebih detail apa dampaknya.

Namun Macron juga mengumumkan bahwa dia akan berupaya memastikan pembicaraan dengan semua mitra kontrak dapat dilanjutkan pada 15 Juli. Lebih lanjut dikatakan bahwa mereka ingin mencapai deeskalasi dalam sengketa nuklir.

Dengan penarikan diri AS secara sepihak dari perjanjian tersebut pada tahun 2018 dan sanksi berikutnya terhadap Iran, masa depan perjanjian tersebut menjadi tidak pasti. Presiden AS Donald Trump mengancam negara mana pun yang membeli minyak dari Teheran dengan sanksi ekonomi. Hal inilah yang ingin ia lakukan untuk mengurangi pendapatan negara secara signifikan.

Iran: Bicaralah hanya ketika AS mencabut sanksi

Hanya ketika AS mencabut sanksinya barulah Iran mulai membicarakan kesepakatan itu lagi. Pada prinsipnya, negara siap menyelamatkan kontrak tersebut. Namun, dengan tingginya tingkat pengayaan uranium, Teheran terus menarik diri dari perjanjian tersebut secara bertahap, seperti yang diumumkan dua bulan lalu.

Nada perselisihan menjadi lebih tajam pada hari Jumat. Seorang ulama terkemuka di Iran mengancam AS bahwa negara tersebut akan mengubah Teluk Persia menjadi “Laut Merah” jika terjadi serangan AS. “Jika Anda ingin menyerang kami, silakan, kami akan mengubah warna Teluk Persia dari biru menjadi merah,” kata Ayatollah Ali Mowahdei Kermani saat salat Jumat.

Baca juga: Nada Tajam antara Washington dan Teheran: Iran Ancam AS dengan Lautan Darah

Oleh karena itu, Eropa memandang perselisihan ini dengan penuh kekhawatiran karena eskalasi lebih lanjut mungkin terjadi kapan saja.

CD

Data Sidney