Para menteri keuangan Eropa belum dapat menyepakati garis bersama mengenai penerapan pajak atas penjualan perusahaan internet seperti Google atau Facebook.
Masih banyak hal yang belum terselesaikan, kata Menteri Keuangan Denmark Kristian Jensen pada hari Selasa sebelum pertemuan dengan rekan-rekan Uni Eropa di Brussels. Pajak ini terutama akan berdampak pada perusahaan-perusahaan AS, dan oleh karena itu kemungkinan akan terjadi pembalasan dari AS. “Tentu saja akan ada tanggapan dari AS,” tambah Jensen. Itulah sebabnya pajak bukanlah ide yang baik bagi Eropa.
Dua negara besar Uni Eropa, Jerman dan Perancis, tidak sepakat mengenai masalah ini. Ketika Perancis mempercepat langkahnya, Jerman melambat. Menteri Keuangan Federal, Olaf Scholz, mengatakan upaya harus dilakukan untuk menemukan regulasi global. Jika upaya ini tidak berhasil pada musim panas 2020, maka harus ada tanggapan dari Eropa. Rekannya dari Perancis, Bruno Le Maire, awalnya mengatakan di Brussels bahwa harus ada arahan Uni Eropa mengenai masalah ini pada akhir tahun 2018. Ia kemudian menambahkan bahwa Prancis akan menerima penundaan hingga akhir tahun 2020 jika ada kesepakatan di Eropa pada tahun ini.
Beberapa negara sudah merencanakan langkah-langkah nasional
Menurut Komisi UE, negara-negara Eropa dapat mengenakan pajak tiga persen atas penjualan transaksi digital. Banyak perusahaan internet yang dituduh menggunakan trik untuk membayar pajak lebih rendah. Namun, rencana tersebut harus didukung oleh 28 negara UE. Italia, Spanyol dan Inggris sudah merencanakan tindakan nasional. Menteri Keuangan Italia, Giovanni Tria, mengatakan negaranya akan maju sendiri jika tidak ada garis yang sama pada akhir tahun. Le Maire memperingatkan bahwa hal ini dapat melemahkan pasar tunggal.
Industri Jerman sudah melihat pendekatan Eropa yang dilakukan sendiri sebagai hal yang kontraproduktif. Banyak perusahaan saat ini sedang dalam proses mengadaptasi model bisnis mereka ke digitalisasi. “Pajak digital akan merugikan proses ini dan membawa risiko pajak berganda,” jelas direktur pelaksana asosiasi industri BDI, Joachim Lang. Harus ada solusi global melalui kelompok 20 negara maju dan berkembang (G20) atau organisasi negara industri OECD.