Malam Berita AP/BBC
Inggris baru saja secara resmi menuduh Rusia berada di balik percobaan pembunuhan mantan mata-mata Sergei Skripal dan putrinya dengan gas beracun.
Perdana Menteri Theresa May menyalahkan Rusia dalam pernyataannya di parlemen pada Senin sore. Dia mengatakan Rusia memerintahkan serangan itu atau kehilangan kendali atas siapa pun yang melakukan serangan itu.
Dia berkata: “Rusia memiliki sejarah melakukan pembunuhan yang disponsori negara, dan kami percaya bahwa Rusia melihat pembelot sebagai target pembunuhan yang sah. Oleh karena itu, pemerintah yakin Rusia kemungkinan besar bertanggung jawab atas serangan terhadap Sergei dan Yulia Skripal.”
Dia melanjutkan: “Atau itu adalah serangan langsung yang dilakukan negara Rusia terhadap negara kita. Atau pemerintah Rusia kehilangan kendali atas racun saraf yang berpotensi berbahaya dan membiarkannya jatuh ke tangan orang yang salah.”
May juga menyebutkan senyawa kimia yang digunakan dalam serangan itu: Novichok, serangkaian racun mematikan yang dikembangkan oleh Uni Soviet selama Perang Dingin. Dia mengandalkan temuan dari ilmuwan pemerintah.
May mengumumkan temuannya setelah pertemuan keamanan nasional yang mengumpulkan bukti dari tiga badan intelijen, MI5, MI6 dan GCHQ.
May juga memberi Rusia waktu hingga Selasa malam untuk menanggapi tuduhannya. Dia mengatakan bahwa jika Rusia tidak bertindak, dia akan menyimpulkan bahwa serangan itu adalah “penggunaan kekuatan ilegal” oleh Rusia terhadap Inggris.
Skripal dan putrinya diracuni dengan gas saraf di sebuah pusat perbelanjaan pada 4 Maret dan pingsan. Kondisinya masih kritis.
Skripal dituduh membocorkan rahasia negara Rusia kepada badan intelijen Inggris pada akhir tahun 1990an dan awal tahun 2000an.
Dia diampuni dan dikirim ke Inggris pada tahun 2010 setelah pertukaran mata-mata. Pada saat itu, Rusia menukar empat agen Amerika dan Inggris dengan sepuluh agen Rusia di AS.
Kremlin belum menanggapi pesan May. Namun, pemerintah sebelumnya telah menolak tuduhan terhadap Rusia dan hanya menganggapnya sebagai spekulasi media.