Kini, menjelang dimulainya Olimpiade, segala hal kembali menjadi fokus. 45 atlet Korea Selatan berhenti. Bisa dikatakan, sebagai isyarat niat baik. Pada hari pertama, mereka berlatih dengan pemain ski Korea Utara. Di hari kedua, kedua negara yang bermusuhan itu saling bertanding. Bukan dengan senjata, hanya dengan ski. Hal inilah yang disepakati diplomat Korea Selatan dan Utara pada bulan Januari. Semuanya bisa saja begitu indah. Namun sebaliknya, media Korea Selatan, seperti agensi tersebut, malah marah keesokan harinya Berita Yonhap sekarang melaporkan.
Kim Jong-un ingin mengubah resor ski menjadi objek wisata
Jadi Kim Jong-un tidak bisa menahannya. Sebuah layar besar konon dipasang tak jauh dari gondola. Acara tersebut tidak hanya menampilkan pertunjukan grup wanita Korea Utara Moranbong Band, tetapi juga film propaganda yang merayakan Kim Jong-un.
Sang diktator tampaknya menjalankan rencana yang sangat berbeda. Ia rupanya ingin menjadikan resor ski itu menjadi objek wisata. Setidaknya itulah yang dicurigai oleh Kim Young-hee, yang meneliti perekonomian Korea Utara. “Korut ingin menarik wisatawan Korea Selatan ke sana,” katanya kepada Kantor Berita Yonhap. Dari sudut pandang masa kini, hal ini mungkin masih terdengar utopis bagi banyak pengamat. Sebuah kejadian, misalnya, menunjukkan bahwa konflik di wilayah tersebut masih belum berakhir.
Para pemain ski Korea Selatan harus menunggu lama bahkan sebelum bisa lepas landas dengan pesawat ke Korea Utara. Alasannya: sanksi AS yang dijatuhkan oleh Presiden Donald Trump pada bulan September. Akibatnya, pesawat yang mendarat di Korea Utara tidak lagi diterima di AS. AS baru membebaskan penerbangan tersebut dari sanksi satu jam sebelum keberangkatan.
ab