Pemerintah Turki menuduh sekitar 700 perusahaan dan individu Jerman mendukung terorisme. Hal itu tampak dari daftar yang diserahkan pemerintah di Ankara ke Kantor Polisi Kriminal Federal (BKA) beberapa pekan lalu dari mana kutipan “Zeit”..
Menurut Turki, mereka yang terkena dampak dikatakan terkait dengan gerakan pengkhotbah Fethullah Gulen. Di sana mereka dianggap sebagai organisasi teroris dan dianggap bertanggung jawab atas upaya kudeta yang gagal setahun lalu.
Daimler, BASF, Thyssenkrupp dan Salzgitter
Seperti yang dilaporkan “Zeit”, Daimler dan BASF dikatakan ada dalam daftar tersebut, yaitu“Welt am Sonntag” menyebutkan kelompok industri Thyssenkrupp dan kelompok baja Salzgitter.
“Ketidakpastian yang dialami banyak perusahaan Jerman terlihat jelas,” kata Volker Treier, kepala perdagangan luar negeri Asosiasi Kamar Dagang dan Industri Jerman (DIHK). “Dunia”. “Yang terpenting, perusahaan kami sekarang memerlukan kepastian bahwa mereka tidak dicurigai melakukan terorisme.”
Treier yakin: semakin gelapnya hubungan antara Jerman dan Turki mempengaruhi perdagangan kedua negara. “Keengganan sudah terlihat jelas.”
Juru bicara Daimler mengatakan kepada Business Insider pekan lalu bahwa mereka tidak ingin berkomentar saat ini karena perusahaan tidak memiliki daftarnya. BASF membuat pernyataan serupa.
“Sulit memikirkan investasi baru oleh perusahaan Jerman”
Perusahaan-perusahaan kecil dan menengah semakin memandang Turki sebagai risiko yang tidak dapat diperhitungkan. “Jika suasana politik di Turki tidak berubah, sulit memikirkan investasi baru oleh perusahaan-perusahaan Jerman,” kata Treier kepada surat kabar tersebut.
Pemerintah Turki sejauh ini membantah adanya daftar tersebut. Menteri Perekonomian Nihat Zeybekçi mengatakan Jerman harus menahan diri untuk tidak membuat pernyataan yang dapat menyebabkan kerusakan ekonomi jangka panjang. Zeybekçi ingin menenangkan situasi. “Semua investasi Jerman di Turki dijamin 100 persen oleh pemerintah Turki, negara bagian, dan hukum,” ujarnya.
The “Zeit” mengutip dari kalangan pemerintah Berlin, dimana daftar tersebut digambarkan sebagai “tidak masuk akal” dan “konyol”. BKA telah meminta informasi lebih lanjut kepada pihak berwenang Turki, namun belum menerima tanggapan apa pun.