Mantan juara catur dunia asal Soviet dan Rusia Garry Kasparov memperingatkan tentang semakin besarnya kekuatan pemerintah seperti Tiongkok dan Rusia di era teknologi yang semakin baru.
Kita berada dalam perang dunia maya yang dingin
Menurutnya, tidak perlu memperingatkan masyarakat tentang kecerdasan buatan karena pemerintah negara-negara kuat seperti Rusia atau Tiongkoklah yang benar-benar dapat menimbulkan bahaya, menurut laporan saluran berita Amerika. cnbc. Tidak peduli seberapa bagus algoritmenya, manusia selalu dibutuhkan untuk mengambil alih kendali. “Kita harus berhenti membuang-buang waktu membicarakan robot pembunuh dan Terminator,” kata Kasparov dalam sebuah wawancara di Paris pekan lalu.
Ketika ditanya apakah ada kemungkinan penerapan kecerdasan buatan dalam perang siber, Kasparov mengatakan dunia sudah berada dalam perang siber yang dingin dan teknologi baru hanya akan memberikan lebih banyak peluang kepada pemerintah. Menurutnya, pencegahan adalah satu-satunya solusi.
Tiongkok dan Rusia tidak menepati perjanjian mereka
Kasparov sekarang bekerja untuk pembuat antivirus Avast dan dianggap sebagai salah satu pemain catur terbaik di dunia. Pada tahun 1996, juara catur dunia saat itu bermain melawan komputer catur bernama Deep Blue yang dikembangkan oleh IBM. Kasparov memenangkan game pertama dan kalah di game kedua. Sejak itu, pecatur tersebut menjadi aktivis politik.
Rusia dan terutama presidennya Vladimir Putin kerap dikritik oleh mantan juara catur dunia itu. Pemilihan presiden AS pada tahun 2016 juga kembali mendapat sorotan setelah adanya tuduhan campur tangan Moskow. Saat itu, Rusia dilaporkan menggunakan berbagai jejaring sosial untuk mempengaruhi kampanye pemilu yang menguntungkan Donald Trump. Tuduhan tersebut kemudian diselidiki oleh penasihat khusus AS Robert Mueller.
Situasi antara AS dan Tiongkok sedang tegang
Kritik Kasparov terhadap Rusia dan Tiongkok muncul pada saat hubungan antara Tiongkok dan AS sedang tegang. Kedua negara sedang terlibat perang dagang. Selain itu, AS menuntut ekstradisi eksekutif Huawei Meng Wanzhou, yang ditangkap di Kanada dan didakwa melanggar sanksi dan penipuan bank.