Serangan dunia maya dapat menghancurkan persenjataan nuklir negara-negara seperti Inggris dan Amerika Serikat dan bahkan memicu perang nuklir, kata salah satu pihak Artikel dari lembaga pemikir terkenal Inggris Chatham House. Para penulis memperingatkan bahwa negara musuh dan penjahat dapat memperoleh akses ke gudang senjata berkat teknologi baru dan peluncuran roket yang “secara tidak sengaja”. Artinya, pihak yang bermusuhan dapat memanipulasi program data yang relevan dengan peluncuran senjata nuklir. Hal ini akan menimbulkan konsekuensi yang serius.
Serangan dunia maya menghadirkan tantangan baru bagi sistem nuklir
Para penulis mengakui bahwa bukanlah hal baru bahwa sistem nuklir mewakili sumber bahaya tertentu. Kesalahan manusia atau kegagalan mekanis telah menjadi masalah yang memusingkan bagi mereka yang bertanggung jawab sejak awal zaman atom. Namun, semakin pentingnya program perang siber di kalangan militer dan kelompok non-negara membawa risiko baru.
Negara-negara masih bungkam mengenai sejauh mana militer sudah bisa mendapatkan akses terhadap program nuklir melalui serangan siber. Namun, sangat mungkin bahwa masing-masing negara telah mengembangkan senjata siber yang khusus untuk menembus sistem senjata nuklir.
AS disebut-sebut telah menyusup ke dalam program nuklir Korea Utara
Misalnya, para peneliti merujuk pada laporan bahwa AS telah melakukan hal ini sejak musim semi 2017 Menyusup ke bagian program nuklir Korea Utara.
Dinas Rahasia Inggris ditegaskan kembali kepada Parlemen Inggris, bahwa dia mengembangkan senjata cyber untuk tujuan pencegahan. Ini sangat efektif sehingga orang akan ragu untuk menggunakannya. Seorang juru bicara tidak mau mengungkapkan rincian lebih lanjut kepada komite yang bertanggung jawab. Masih belum jelas apakah senjata tersebut dapat mengakses persenjataan nuklir.
Bagaimanapun, para peneliti Chatham House mendesak agar berhati-hati. Negara-negara yang memiliki nuklir harus melihat lebih dekat apakah sistem nuklirnya terlindungi dari serangan dunia maya. Hal ini juga dimaksudkan untuk memperlambat proses peluncuran senjata nuklir. Hal ini akan memberikan lebih banyak waktu bagi mereka yang bertanggung jawab untuk menilai situasi dan menemukan sistem yang rusak.