Masing-masing dari kita mungkin pernah membuat rencana belajar atau setidaknya memikirkan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menghafal sejumlah materi. Sayangnya, kami biasanya terlalu optimis saat merencanakannya. Dalam sebuah artikel untuk “Percakapan“untuk mencari tahu alasannya.
Jawabannya mungkin terletak pada fenomena “ilusi metamemori”.
Dalam kasus ini, kita melebih-lebihkan diri kita sendiri
Keadaan tertentu membuat kita terus-menerus meremehkan atau melebih-lebihkan kinerja memori kita. Dua faktor penting adalah volume dan font yang menyajikan informasi yang akan dipelajari. Jika tulisannya sangat mudah dibaca atau bahasanya sangat mudah dipahami secara akustik, otomatis kita sebagai manusia berasumsi bahwa hal ini memudahkan kita mengingat informasi yang disajikan. Sayangnya, ini adalah sebuah kesalahan. Padahal, hal itu justru memudahkan kita dalam mengolah informasi.
Menurut para psikolog, menilai jumlah pembelajaran yang dibutuhkan dengan melihat berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengolah materi belum tentu merupakan hal yang buruk. Namun hal ini disebabkan oleh hal yang berbeda dari apa yang sering diasumsikan: Jika seseorang membaca sebuah teks untuk kedua kalinya, maka ia akan lebih cepat memprosesnya dan tentunya memiliki pengetahuan yang lebih setelahnya dibandingkan setelah sesi membaca pertama. Peningkatan kecepatan pemrosesan dan lebih banyak pembelajaran materi terjadi secara bersamaan di sini. Namun hal ini semata-mata karena pengulangan materi, bukan kemudahan pengolahannya. Jika materi baru dapat dimasukkan ke dalam pengetahuan yang sudah diketahui, hal ini juga meningkatkan pemrosesan dan memori.
Uji lapangan mengungkapkan hal-hal menakjubkan
Para psikolog menguji hipotesisnya pada 136 siswa. Mereka harus memperkirakan seberapa baik mereka mampu menghafal informasi tertentu. Banyak di antara mereka yang sudah berasumsi sebelumnya bahwa hal-hal yang dapat mereka pahami secara pendengaran atau dibaca dengan baik akan lebih mudah diingat. Para siswa ini menjadi korban kesalahan: Mereka meremehkan upaya pembelajaran informasi yang diucapkan atau mudah dibaca.
Namun bahkan siswa yang sebelumnya tidak percaya bahwa akan lebih mudah mengingat informasi yang disajikan lebih lantang, jatuh ke dalam ilusi. Para psikolog menyimpulkan bahwa orang menggunakan kombinasi keyakinan yang ada dan kecepatan pemrosesan untuk menilai upaya yang diperlukan untuk mempelajari materi baru.
Baca juga: Tiga Langkah Peraih Nobel yang Akan Membantu Anda Mempelajari Apa Pun
Jika Anda menyadari bahwa volume dan keterbacaan tidak berpengaruh terhadap efektivitas pembelajaran, Anda akan menilai upaya belajar Anda dengan lebih realistis. Meski begitu, kemudahan pemrosesannya akan menipu Anda. Memang, anggapan ini tidak selalu salah. Perhatikan saja apakah pemrosesan cepat Anda terhadap materi berasal dari informasi itu sendiri, atau apakah faktor lain seperti volume atau keterbacaan juga berperan. Dan jika Anda perlu mengingat sesuatu yang sangat penting, rencanakan lebih banyak waktu untuk itu.