Milenial mempunyai reputasi sebagai teror perusahaan karena mereka sangat menghargai waktu luang. Tiba-tiba, departemen SDM harus menghadapi masalah seperti upah lembur dan cuti panjang.
Mantan direktur sumber daya manusia, Thomas Sattelberger, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Business Insider bahwa ada perubahan nilai-nilai di masyarakat dan waktu luang menjadi semakin penting bagi karyawan. Namun dia juga berspekulasi: “Ini tidak ada hubungannya dengan generasi muda, perubahan nilai ini terlihat di semua kelompok umur.”
Kini sebuah penelitian membuktikan anggapan tersebut. Faktanya, keinginan untuk bersantai ini bukan hanya fenomena Milenial saja. Seperti yang dilaporkan oleh “Frankfurter Allgemeine Zeitung”, sebuah studi meta yang dilakukan oleh Institute for Applied Work Science di Düsseldorf menunjukkan bahwa meskipun waktu senggang sangat dihargai di kalangan Generasi Y ketika memilih profesi, hal ini tidak berbeda dengan generasi sebelumnya.
Sibylle Adenauer membandingkan tujuh penelitian dan tidak menemukan bukti mitos “generasi menyenangkan”.
Karyawan kereta api menginginkan lebih banyak waktu luang – tidak peduli berapa usia mereka
Karyawan Deutsche Bahn memberikan bukti kuat mengenai hal ini: pada tahun 2017, Deutsche Bahn melakukan survei karyawan. Sebagai bagian dari perjanjian perundingan bersama antara DB dan Serikat Kereta Api dan Transportasi (EVG) serta Serikat Pengemudi Kereta Api (GdL), karyawan mempunyai pilihan antara gaji yang lebih tinggi 2,6 persen atau liburan enam hari lagi per tahun.
Menurut Deutsche Bahn, sekitar 56 persen dari 130.000 responden memilih lebih banyak waktu luang. Menurut “FAZ”, yang mengejutkan, dan tidak hanya di departemen sumber daya manusia, adalah banyaknya karyawan berusia lanjut yang juga memilih cuti lebih banyak. Hal ini tidak jauh berbeda dengan pekerja muda.
“Selalu dikatakan bahwa pekerjaan SDM di perusahaan harus diubah sepenuhnya,” jelas Adenauer. Namun, gagasan ini sudah ketinggalan zaman dan “Anda harus melihat lebih dekat dan membedakan siapa yang berdiri di depan Anda. Tapi selalu seperti itu.” Menurut Adenauer, satu-satunya perbedaan yang signifikan adalah bahwa Generasi Y adalah generasi pertama yang merupakan penduduk asli digital (digital native) dan karena itu biasanya memasuki dunia kerja dengan pendidikan yang lebih baik – dan oleh karena itu dapat menuntut lebih banyak dari pemberi kerja.