Pendiri dan CEO jaringan makanan cepat saji Amerika, Papa John’s, ikut campur dalam perdebatan politik di AS dengan mengkritik dewan liga sepak bola profesional NFL sehubungan dengan protes baru-baru ini seputar lagu kebangsaan Amerika. “Kepemimpinan dimulai dari atas dan ini adalah contoh kepemimpinan yang buruk,” kata John Schnatter dalam panggilan telepon dengan investor.
Pernyataan pengusaha miliarder tersebut dengan cepat memicu reaksi balik dari kelompok kiri dan dukungan dari kelompok kanan.
Namun kejadian ini berbeda jauh dengan pertama kali Schnatter terjun ke panggung politik.
Pada tahun 2012, dia mendapat kecaman ketika dia mengkritik apa yang disebut Undang-Undang Perawatan Terjangkau. Schnatter menjelaskan bahwa Obamacare akan membebani Papa John sebesar $5 juta hingga $8 juta per tahun, yang pada akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga untuk produk utama perusahaannya, pizza.
“Kalau soal politik, saya tidak tahu”
Beberapa orang Amerika kemudian mengancam akan memboikot Papa John’s. Saham perusahaan makanan cepat saji itu sempat anjlok saat itu.
Schnatter menjauhi percakapan politik publik setelah perselisihan Obamacare. CEO tersebut menyumbangkan $1.000 untuk kampanye pemilu Presiden Trump, namun tidak secara terbuka mendukung presiden AS saat ini.
“Kalau bicara soal politik, saya tidak tahu,” kata Schnatter dalam wawancara dengan Business Insider sebelum pelantikan Trump. “Saya pikir kita setidaknya harus memberikan kesempatan kepada pemerintahan baru untuk berbuat lebih baik atau mengacaukannya.”
Schnatter membandingkan AS dengan Jerman pada tahun 1867
Dalam bukunya “Papa: The Story of Papa John’s Pizza” yang diterbitkan tahun ini, Schnatter memperingatkan bahwa peraturan tersebut menjauhkan AS dari perdagangan bebas — sebuah sistem yang ia yakini sangat penting bagi keberhasilan negara tersebut.
“Amerika pada tahun 2016 akan menjadi seperti Jerman pada tahun 1867,” tulis Schnatter.
Tahun 1867 adalah tahun dimana kakek buyut Schnatter berimigrasi dari Jerman ke Amerika Serikat sebagai pengrajin muda yang menganggur. Pada saat itu, AS adalah sebuah negeri dengan peluang yang tampaknya tak terbatas, dimana masyarakatnya bebas dan bisa sukses tanpa rasa takut akan serangan dan intervensi pemerintah.
Dalam sebuah wawancara dengan Business Insider awal tahun ini, Schnatter menekankan bahwa dia yakin peraturan di AS harus dibatalkan untuk membantu perusahaan berkembang.
“Anda harus memiliki pasar bebas, sedikit campur tangan pemerintah, dan peraturan yang tidak menghalangi kewirausahaan,” kata Schnatter.