Mario Draghi
Gambar Hannelore Foerster/Getty

Presiden Bank Sentral Eropa (ECB), Mario Draghi, membantah tuduhan manipulasi nilai tukar dari AS. “Kami bukan manipulator mata uang,” Draghi mengatakan kepada Komite Urusan Ekonomi dan Moneter Parlemen Eropa di Brussels pada hari Senin.

ECB terakhir kali melakukan intervensi di pasar mata uang pada tahun 2011. Saat itu, intervensi dilakukan dan disepakati di negara-negara G7. Terakhir kali terjadi perlombaan devaluasi adalah pada tahun 1970an dan 1980an, kata Draghi.

Penasihat Presiden AS Peter Navarro menuduh Jerman mengambil keuntungan dari “pasar implisit Jerman yang sangat diremehkan2” dalam hubungan dagangnya. Dia menuduh Jerman “mengeksploitasi” AS dan mitra-mitranya di Uni Eropa melalui melemahnya euro. Draghi merujuk pada pernyataan Departemen Keuangan AS bahwa Jerman tidak memanipulasi nilai tukar.

Presiden ECB juga menentang pembalikan peraturan sektor keuangan yang diterapkan selama krisis keuangan. Hal ini akan berkontribusi pada stabilisasi sistem keuangan. Presiden AS Donald Trump mengeluarkan perintah pada hari Jumat yang mempertanyakan peraturan yang lebih ketat bagi industri keuangan AS sejak krisis keuangan.

Dalam rangka peringatan 25 tahun Perjanjian Maastricht, yang meletakkan dasar bagi pengenalan euro, Draghi juga membela mata uang bersama sebagai jaminan stabilitas. Setelah bertahun-tahun mengalami krisis, kawasan euro berada pada jalur yang benar.

“Tingkat pengangguran turun menjadi 9,6 persen, level terendah sejak Mei 2009. Rasio utang publik terhadap output perekonomian kini turun untuk tahun kedua berturut-turut,” lanjut Draghi. Pasalnya, sejumlah negara telah berhasil melakukan reformasi struktural. Jalan ini harus dilanjutkan.

Sebaliknya, anggota Parlemen Eropa dari Partai Hijau Philippe Lamberts mengkritik kriteria yang ditetapkan dalam Perjanjian Maastricht yang mengizinkan utang baru maksimal tiga persen dari output perekonomian dan total utang maksimal 60 persen dari produk domestik bruto ( PDB) ) tidak memiliki dasar yang masuk akal. “Ini adalah waktu yang tepat untuk memikirkan kembali peraturan-peraturan ini,” kata Lamberts. Terutama pada saat perekonomian sedang menurun, lebih banyak investasi harus dilakukan.

(dpa)

unitogel