Pendapatan dan kekayaan memiliki dampak yang jauh lebih besar pada hubungan dibandingkan yang diketahui sebelumnya. Sebuah studi baru menemukan bahwa ada ambang batas pendapatan dan kekayaan yang di atasnya pasangan lebih mungkin untuk menikah.
Hubungan dengan pendapatan yang setara lebih stabil
Dalam penelitian sosial, interpretasi hasil seringkali mengarah ke segala arah. Salah satu teori menyatakan bahwa hubungan di mana laki-laki tidak memiliki pekerjaan penuh waktu atau pendapatan lebih rendah dibandingkan perempuan lebih besar kemungkinannya untuk gagal.
Teori lain menyatakan bahwa ketergantungan ekonomi salah satu pasangan terhadap pasangannya memperkuat komitmen terhadap hubungan dan menciptakan kesadaran khusus akan kewajiban bersama.
Patrick Ishizuka, sosiolog di Cornell University di Ithaca, New York, punya ide baru. Ketika memeriksa statistik populasi Biro Sensus AS sejak tahun 1993, salah satu karakteristik hubungan yang stabil menonjol.
Kebahagiaan abadi dalam cinta lebih mungkin terjadi jika pasangannya memiliki pendapatan yang kurang lebih sama. “Pendapatan yang setara dapat meningkatkan komitmen dan kerja sama antar mitra karena mereka membawa sumber daya ekonomi yang serupa ke dalam hubungan tersebut,” kata sosiolog tersebut.
Kedua pasangan kemudian tidak hanya bersedia, tetapi juga mampu menginvestasikan hal yang sama dalam suatu hubungan.
Situasi ekonomi menentukan pernikahan
Situasi ekonomi suatu pasangan tidak hanya memberikan kontribusi yang menentukan terhadap stabilitas, namun juga tampaknya menentukan kapan mereka paling mungkin untuk menikah.
Semakin dekat suatu pasangan dengan standar ekonomi tertentu terkait dengan pernikahan, semakin besar kemungkinan mereka untuk menikah. “Banyak pasangan menginginkan rumah, mobil, dan tabungan yang cukup untuk pernikahan besar,” kata Ishizuka.
Artinya, gagasan kita tentang kapan menikah bergantung pada pendapatan pasangan suami istri di lingkungan sosial kita. Kita membandingkan diri kita dengan mereka untuk menentukan apakah kita siap untuk menikah.
Pernikahan menjadi sebuah keistimewaan bagi orang yang lebih kaya
Menurut sosiolog tersebut, pekerjaan yang aman dan pendapatan tetap adalah salah satu prasyarat terpenting untuk sebuah pernikahan. “Pasangan yang kondisi ekonominya lebih buruk lebih besar kemungkinannya untuk bercerai,” tegasnya.
Dalam konteks ini, penelitian-penelitian non-representatif menyimpulkan bahwa pasangan yang belum menikah dan kurang beruntung secara ekonomi juga menghargai pernikahan, namun mereka kesulitan untuk memenuhi tuntutan ekonomi yang mereka berikan pada pernikahan.
Meningkatnya angka perceraian sejak tahun 1960an telah meroket, terutama di kalangan masyarakat yang kurang berpendidikan. Artinya, pernikahan semakin menjadi sebuah keistimewaan bagi orang kaya, kata Ishizuka.